Allah SWT menurunkan para auliya di bumi ini dalam 1 abad berjumlah orang yang mempunyai tugas masing-masing sesuai pangkat atau maqomnya. Mereka inilah yang menjaga keseimbangan alam, menjaga kelestarian alam agar alam tetap lestari hingga waktunya tiba. Tugas para wali Allah tidak selesai hanya dengan wafatnya mereka. Firman Allah dalam Surat Al-Imron ayat 169 âJanganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu matiâ bahkan mereka itu hidupâ di sisi Tuhannya dengan mendapat rezqiâ.Para wali Allah hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidupnya itu. Inilah peringkat para wali Allah 1. Qutub Atau Ghauts 1 abad 1 orang2. Aimmah 1 abad 2 orang 3. Autad 1 abad 4 orang di 4 penjuru mata angin4. Abdal 1 abad 7 orang tidak akan bertambah dan berkurang apabila ada wali Abdal yang wafat Allah menggantikannya dengan mengangkat wali Abdal yang lain Abdal = Pengganti. Wali Abdal juga ada yang waliyah-nya5. Nuqobaâ Naqib 1 abad 12 orang diwakilkan Allah masing-masing pada tiap-tiap bulan6. Nujabaâ 1 abad 8 Orang7. Hawariyyun 1 abad 1 orang wali Hawariyyun diberi kelebihan oleh Allah dalam hal keberanian, pedang jihad di dalam menegakkan agama Islam di muka Rojabiyyun 1 abad 40 orang yang tidak akan bertambah dan berkurang. Apabila ada salah satu wali Rojabiyyun yang meninggal Allah kembali mengangkat wali Rojabiyyun yang lain. Dan Allah mengangkatnya khusus pada bulan Rajab dari Awal bulan sampai akhir bulan. Oleh karena itu dinamakan Khotam penutup wali 1 alam dunia hanya 1 orang yaitu Nabi Isa ketika ia diturunkan kembali ke dunia menjelang kiamat. Kala itulah Allah mengangkatnya kelak menjadi wali khotam Penutup. Tidak ada wali Qolbu Adam 1 abad 300 orang11. Qolbu Nuh 1 abad 40 orang12. Qolbu Ibrahim 1 abad 7 orang13. Qolbu Jibril 1 abad 5 orang14. Qolbu Mikail 1 abad 3 orang tidak kurang dan tidak lebih, Allah selalu mengangkat wali lainnya apabila ada salah satu dari wali Qolbu Mika'il yang wafat15. Qolbu Isrofil 1 abad 1 orang16. Rijalul Alamul Anfas 1 abad 313 orang 17. Rijalul Ghoib 1 abad 10 orang tidak bertambah dan berkurang. Tiap-tiap wali Rijalul Ghoib ada yang wafat, seketika juga Allah mengangkat wali Rijalul Ghoib yang lain. Wali Rijalul Ghoib merupakan wali yang disembunyikan oleh Allah dari penglihatan makhluk-makhluk bumi dan langit. Tiap-tiap wali Rijalul Ghoib tidak dapat mengetahui wali Rijalul Ghoib yang lainnya. Ada wali dengan pangkat Rijalul Ghoib dari golongan jin mukmin. Semua wali Rijalul Ghoib tidak mengambil sesuatupun dari rizqi alam nyata ini. Mereka mengambil atau menggunakan rizqi dari alam Adz-Dzohirun 1 abad 18 orang19. Rijalul Quwwatul Ilahiyyah 1 abad 8 orang20. Khomsatur Rizal 1 abad 5 orang21. Rijalul Hanan 1 abad 15 orang22. Rijalul Haybati Wal Jalal 1 abad 4 orang23. Rijalul Fath 1 abad 24 orang Allah mewakilkannya di tiap Saâah Jam wali Rijalul Fath tersebar di seluruh dunia. 2 orang di Yaman, 6 orang di negara Barat dan 4 orang di negara timur, dan sisanya di semua jihat arah mata angin23. Rijalul Maâarijil Ula 1 abad 7 orang24. Rizalut Tahtil Asfal 1 abad 21 orang25. Rizalul Imdad 1 abad 3 orang26. Ilahiyyun Ruhamaniyyun 1 abad 3 orang. Pangkat ini menyerupai pangkatnya wali Rojulun Wahidun 1 abad 1 orang28. Rojulun Wahidun Markabun Mumtaz 1 abad 1 orang . Wali dengan maqom Rojulun Wahidun Markab ini dilahirkan antara manusia dan golongan ruhanny bukan murni manusia. Beliau tidak mengetahui siapa ayahnya dari golongan manusia. Wali dengan pangkat ini tubuhnya terdiri dari dua jenis yang berbeda. Pangkat wali ini ada juga yang menyebut "Rojulun Barzakh". Ibu dari wali pangkat ini dari golongan ruhannya Air. Innallah ala kulli syai'in qadir / Sesungguhnya Allah SWT atas segala sesuatu Syakhsun Ghorib di dunia hanya ada 1 orang30. Saqit Arofrof Ibni Saqitil Arsy 1 abad 1 orang31. Rijalul Ghina 1 abad 2 orang. Sesuai nama maqomnya pangkatnya wali ini sangat kaya, baik kaya ilmu agama, kaya maârifatnya kepada Allah maupun kaya harta yang ditasharrufkan di jalan Allah. Pangkat wali ini juga ada waliahnya wanita.31. Syakhsun Wahidun 1 abad 1 orang32. Rijalun Ainit Tahkimi waz Zawaid 1 abad 10 orang33. Budalaâ 1 abad 12 orang Budalaâ adalah Jamaâ Sigoh Muntahal Jumuâ dari kata Abdal, tapi bukan pangkat wali Rijalul Istiyaq 1 abad 5 orang35. Sittata Anfas 1 abad 6 orang salah satu wali dari pangkat ini adalah Putra dari Raja Harun Ar-Rosyid yaitu Syeikh Al-âAlim Al-âAllamah Ahmad Rijalul Maâ 1 abad 124 orang. Wali dengan pangkat ini beribadahnya di dalam air. Diriwayatkan oleh Syeikh Abi Suâud Ibni Syabil "Pada suatu ketika aku berada di pinggir sungai Tikrit di Bagdad, dan aku termenung dan terbersit dalam hatiku âApakah ada hamba-hamba Allah yang beribadah di sungai-sungai atau di lautan?â. Belum sampai perkataan hatiku tiba-tiba dari dalam sungai muncullah seseorang yang berkata âAkulah salah satu hamba Allah yang ditugaskan untuk beribadah di dalam Airâ. Maka aku pun mengucapkan salam padanya. Lalu dia pun membalas salam. Tiba-tiba orang tersebut hilang dari pandanganku."37. Dakhilul Hizab 1 abad 4 orang. Wali ini tidak dapat diketahui Kewaliannya oleh para wali yang lain sekalipun sekelas Qutbil Aqtob Seperti Syeikh Abdul Qodir Jailani karena wali ini ada di dalam Hijabnya Allah. Namanya tidak tertera di Lauhil Mahfudz sebagai barisan para Aulia. Namun Nur Ilahiyyahnya dapat terlihat oleh para auliya' seperti diriwayatkan dalam kitab Nitajul Arwah bahwa suatu ketika Syeikh Abdul Qodir Jailani melaksanakan Thawaf di Baitullah, Makkah Mukarromah. Tiba-tiba Syeikh melihat seorang wanita dengan Nur Ilahiyyahnya yang begitu terang benderang sehingga Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani mukasyafah ke Lauhil Mahfudz. Dilihat di lauhil mahfudz, nama wanita ini tidak ada di barisan para wali-wali Allah. Lalu Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani bermunajat kepada Allah untuk mengetahui siapa wanita ini dan apa yang menjadi amalnya sehingga Nur Ilahiyyahnya terpancar begitu dahsyat. Kemudian Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk memberitahukan kepada Syeikh bahwa wanita tersebut adalah seorang waliyyah dengan maqom/pangkat Dakhilul Hizab "Berada di dalam hijabnya Allah". Kisah ini mengisyaratkan kepada kita semua agar senantiasa berhusnudzon berbaik sangka kepada semua makhluq Allah. Source Facebook Habib Abu Bakar al-Adni -
waliqutub-akhir-zaman 1/3 Downloaded from January 21, 2022 by guest [EPUB] Wali Qutub Akhir Zaman Eventually, you will enormously discover a other experience and deed by spending more cash. still when? accomplish you agree to that you require to get those all needs behind having significantly cash? WhySyaikh Abu Hasan Ali al-Hujwiri dalam kitabnya yang berjudul Kasyf Al-Mahjub, mengatakan bahwa wali Akhyar sebanyak 300 orang, wali Abdal sebanyak 40 orang, wali Abrar sebanyak 7 orang, wali Autad sebanyak 4 orang, wali Nuqaba sebanyak 3 orang dan wali Quthub atau Ghauts sebanyak 1 orang. Sedangkan menurut Syaikh al-Akbar Muhyiddin ibnu `Arabi dalam kitabnya al-Futuhat al-Makkiyyah membuat pembagian tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut 1. Wali Quthub al-Aqthab atau Wali Quthub al-Ghauts Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan. 2. Wali Aimmah Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bergelar Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bergelar Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat. 3. Wali Autad Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Kaâbah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Hayyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdul Murid. 4. Wali Abdal Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab al-Futuhatul Makkiyyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu Muhyiddin ibnu Arabi mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah. Pada tahun 586 H di Spanyol, Muhyiddin ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Sahabat Muhyiddin ibnu Arabi yang bernama Abdul Majid bin Salamah mengaku pernah juga bertemu Wali Abdal bernama Muâaz bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur di malam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian. 5. Wali Nuqobaa Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariâat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqobaa melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak. 6. Wali Nujabaa Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa. 7. Wali Hawariyyun Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman Nabi Muhammad Saw, sebagai Hawari adalah Zubair ibnu Awam ra. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah. 8. Wali Rajabiyyun Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib. Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara. Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang. 9. Wali Khatam Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa. Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat Nabi Muhammd Saw. Jumlah para Auliya yang berada dalam manzilah-manzilah ada 356 sosok, yang mereka itu ada dalam kalbu Adam, Nuh, Ibrahim, Jibril, Mikail, dan Israfil. Dan ada 300, 40, 7, 5, 3 dan 1. Sehingga jumlah kerseluruhan 356 tokoh. Hal ini menurut kalangan Sufi karena adanya hadits yang menyebut demikian. Sedangkan menurut Syaikh al-Akbar Muhyiddin ibnu Arabi menurut beliau muncul dari mukasyafah maka jumlah keseluruhan Auliya yang telah disebut diatas, sampai berjumlah 589 orang. Diantara mereka ada satu orang yang tidak mesti muncul setiap zaman, yang disebut sebagai al-Khatamul Muhammadi, sedangkan yang lain senantiasa ada di setiap zaman tidak berkurang dan tidak bertambah. Al-Khatamul Muhammadi pada zaman ini zaman Muhyiddin ibnu Arabi, kami telah melihatnya dan mengenalnya semoga Allah menyempurnakan kebahagiaannya, saya tahu ia ada di Fes Marokko tahun 595 H. Sementara yang disepakati kalangan Sufi, ada 6 lapisan para Auliya, yaitu para Wali Ummahat, Aqthab, Aâimmah, Autad, Abdal, Nuqaba dan Nujaba. Pada pertanyaan lain Siapa yang berhak menyandang Khatamul Auliya sebagaimana gelar Khatamun Nubuwwah yang disandang oleh Nabi Muhammad Saw? Ibnu Arabi menjawab Al-Khatam itu ada dua Allah menutup Kewalian mutlak, dan Allah menutup Kewalian Muhammadiyah. Penutup Kewalian mutlak adalah Nabi Isa as. Dia adalah Wali dengan Nubuwwah Mutlak, yang kelak turun di era ummat ini, dimana turunnya di akhir zaman, sebagai pewaris dan penutup, dimana tidak ada Wali dengan Nubuwwah Mutlak setelah itu. Ia disela oleh Nubuwwah Syariâat dan Nubuwwah Risalah. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw sebagai Penutup Kenabian, dimana tidak ada lagi Kenabian Syariâat setelah itu, walau pun setelah itu masih turun seperti Nabi Isa as, sebagai salah satu dari Ulul Azmi dari para Rasul dan Nabi mulia. Maka turunnya Nabi Isa as sebagai Wali dengan Nubuwwah mutlaknya, tetapi aturannya mengikuti aturan Nabi Muhammad Saw, bergabung dengan para Wali dari ummat Nabi Muhammad Saw lainnya. Ia termasuk golongan kita dan pemuka kita. Pada mulanya, ada Nabi, yaitu Adam as. Dan akhirnya juga ada Nabi, yaitu Nabi Isa as, sebagai Nabi Ikhtishah kekhususan, sehingga Nabi Isa as kekal di hari mahsyar ikut terhampar dalam dua hamparan mahsyar. Satu Mahsyar bersama kita, dan satu mahsyar bersama para Rasul dan para Nabi. Adapun Penutup Kewalian Muhammadiyah, saat ini zaman Muhyiddin ibnu Arabi ada pada seorang dari bangsa Arab yang memiliki kemuliaan sejati. Saya kenal di tahun 595 H. Saya melihat tanda rahasia yang diperlihatkan oleh Allah Taâala pada saya dari kenyataan ubudiyahnya, dan saya lihat itu di kota Fes, sehingga saya melihatnya sebagai Penutup Kewalian Muhammadiyah darinya. Dan Allah telah mengujinya dengan keingkaran berbagai kalangan padanya, mengenai hakikat Allah dalam sirr-nya. Sebagaimana Allah menutup Nubuwwah Syariâat dengan Nabi Muhammad Saw, begitu juga Allah menutup Kewalian Muhammadi, yang berhasil mewarisi Al-Muhammadiyah, bukan diwarisi dari para Nabi. Sebab para Wali itu ada yang mewarisi Ibrahim, Musa, dan Isa, maka mereka itu masih kita dapatkan setelah munculnya Khatamul Auliyaâ Muhammadi, dan setelah itu tidak ada lagi Wali pada Kalbu Muhammad Saw. Inilah arti dari Khatamul Wilayah al-Muhammadiyah. Sedangkan Khatamul Wilayah Umum, dimana tidak ada lagi Wali setelah itu, ada pada Nabi Isa as. Dan kami menemukan sejumlah kalangan sebagai Wali pada Kalbu Nabi Isa as, dan sejumlah Wali yang berada dalam Kalbu para Rasul lainnya. Di lain tempat, Ibnu Arabi mengatakan bahwa dirinyalah yang menjadi Segel Penutup Kewalian Muhammad. Beberapa wali yang pernah mencapai derajat wali Quthub al-Aqthab Quthub al-Ghauts pada masanya Sayyid Hasan ibnu Ali ibnu Abi Thalib Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz Syaikh Yusuf al-Hamadani Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Syaikh Ahmad ar-Rifaâi Syaikh Abdus Salam ibnu Masyisy Syaikh Ahmad Badawi Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili Syaikh Muhyiddin ibnu Arabi Syaikh Muhammad Bahaâuddin an-Naqsyabandi Syaikh Ibrahim Addusuqi Syaikh Jalaluddin Rumi Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Beliau pernah berkata, âKakiku ada diatas kepala seluruh wali.â Menurut Abdul Rahman Jamiâ dalam kitabnya yang berjudul Nafahat Al-Uns, bahwa beberapa wali terkemuka di berbagai abad sungguh-sungguh meletakkan kepala mereka dibawah kaki Syaikh Abdul Qadir al-Jilani. Syaikh Ahmad ar-Rifaâi Sewaktu beliau pergi Haji, ketika berziarah ke Maqam Nabi Muhammad Saw, maka nampak tangan dari dalam kubur Nabi Muhammad Saw bersalaman dengan beliau dan beliau pun terus mencium tangan Nabi Muhammad Saw yang mulia itu. Kejadian itu dapat disaksikan oleh orang ramai yang juga berziarah ke Maqam Nabi Muhammad Saw tersebut. Salah seorang muridnya berkata âYa Sayyidi! Tuan Guru adalah Quthubâ. Jawabnya; âSucikan olehmu syak mu daripada Quthubiyahâ. Kata murid âTuan Guru adalah Ghauts!â. Jawabnya âSucikan syakmu daripada Ghautsiyahâ. Al-Imam as-Syaâroni mengatakan bahwa yang demikian itu adalah dalil bahwa Syaikh Ahmad ar-Rifaâi telah melampaui âMaqamatâ dan âAthwarâ karena Qutub dan Ghauts itu adalah Maqam yang maklum diketahui umum. Sebelum wafat, beliau telah menceritakan kapan waktunya akan meninggal dan sifat-sifat hal ihwalnya beliau. Beliau akan menjalani sakit yang sangat parah untuk menanggung bilahinya para makhluk. Fatwanya, aku telah di janji oleh Allah, agar nyawaku tidak melewati semua dagingku daging harus musnah terlebih dahulu. Ketika Sayyidi Ahmad Ar-Rifaâi sakit yang mengakibatkan kewafatannya, beliau berkata, âSisa umurku akan kugunakan untuk menanggung bilahi agungnya para makhluk.â Kemudian beliau menggosok-gosokkan wajah dan uban rambut beliau dengan debu sambil menangis dan beristighfar. Yang diderita oleh Sayyidi Ahmad Ar-Rifaâi ialah sakit âMuntah Berakâ. Setiap hari tak terhitung banyaknya kotoran yang keluar dari dalam perutnya. Sakit itu dialaminya selama sebulan. Hingga ada yang tanya, âKok, bisa sampai begitu banyaknya yang keluar, dari mana ya Syaikh?. Padahal sudah dua puluh hari tuan tidak makan dan minum.â Beliau menjawab, âKarena ini semua dagingku telah habis, tinggal otakku, dan pada hari ini nanti juga akan keluar dan besok aku akan menghadap Sang Maha Kuasa. Setelah itu ketika wafatnya, keluarlah benda yang putih kira-kira dua tiga kali terus berhenti dan tidak ada lagi yang keluar dari perutnya. Demikian mulia dan besarnya pengorbanan Auliya Allah ini sehingga sanggup menderita sakit menanggung bala yang sepatutnya tersebar ke atas manusia lain. Wafatlah Wali Allah yang berbudi pekerti yang halus lagi mulia ini pada hari Kamis waktu dhuhur 12 Jumadil Awal tahun 570 Hijrah. Riwayat yang lain mengatakan tahun 578 Hijrah. Syaikh Ahmad Badawi Setiap hari, dari pagi hingga sore, beliau menatap matahari, sehingga kornea matanya merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar, khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering menatap langit, bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka berkhalwat dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak terisi makanan dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan bahasa isyarat, bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak sedetik pun lepas dari kalimat toyyibah, berdzikir dan bersholawat. Pada usia dini beliau telah hafal Al-Qurâan, untuk memperdalam ilmu agama ia berguru kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jilani dan Syaikh Ahmad ar-Rifaâi. Suatu hari, ketika beliau telah sampai ke tingkatannya, Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, menawarkan kepadanya âManakah yang kau inginkan ya Ahmad Badawi, kunci Masyriq atau Maghrib, akan kuberikan untukmuâ, hal yang sama juga diucapkan oleh gurunya Syaikh Ahmad ar-Rifaâi, dengan lembut, dan karena menjaga tata krama murid kepada gurunya, ia menjawab; âAku tak mengambil kunci kecuali dari al-Fattah Allah.â Peninggalan Syaikh Ahmad Badawi yang sangat utama, yaitu bacaan Shalawat Badawiyah Sughro dan Shalawat Badawiyah Kubro. Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili Keramat itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi keramat hanya orang yang tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah fadhal dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri dan amalnya. Di antara keramatnya para Shiddiqin ialah 1. Selalu taat dan ingat pada Allah SWT secara istiqamah. 2. Zuhud meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi. 3. Bisa menjalankan perkara yang luar biasa, seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan sebagainya. Diantara keramatnya Wali Qutub ialah 1. Mampu memberi bantuan berupa rahmat dan pemeliharaan yang khusus dari Allah SWT. 2. Mampu menggantikan Wali Qutub yang lain. 3. Mampu membantu malaikat memikul Arsy. 4. Hatinya terbuka dari haqiqat Dzatnya Allah SWT dengan disertai sifat-sifat-Nya. Beliau pernah dimintai penjelasan tentang siapa saja yang menjadi gurunya. Kemudian beliau menjawab, âGuruku adalah Syaikh Abdus Salam ibnu Masyisy, akan tetapi sekarang aku sudah menyelami dan minum sepuluh lautan ilmu. Lima dari bumi yaitu dari Rasulullah Saw, Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Usman bin Affan ra dan Ali bin Abi Thalib ra, dan lima dari langit yaitu dari malaikat Jibril as, Mikaâil as, Isrofil as, Izroâil as dan ruh yang agung.â Beliau pernah berkata, âAku diberi tahu catatan muridku dan muridnya muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang, semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh syariâat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang akan terjadi besok sampai hari kiamat.â Syaikh Abu Abdillah Asy-Syathibi berkata, âAku setiap malam banyak membaca Radiyallahuâan Asy-Syaikh Abul Hasan dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada Allah SWT apa yang menjadi hajatku, maka terkabulkanlah apa saja permintaanku.â Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad Saw dan aku bertanya, âYa Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah membaca Radiyaallahuâan Asy-Syaikh Abu Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah SWT, apa yang menjadi kebutuhanku lalu dikabulkan, seperti hal tersebut apakah diperbolehkan atau tidak?â. Lalu Nabi Muhammad Saw menjawab, âAbu Hasan itu anakku lahir batin, anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang tuanya, maka barang siapa bertawassul kepada Abu Hasan, maka berarti dia sama saja bertawassul kepadaku.â Peninggalan Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili yang sangat utama, yaitu Hizib Nashr dan Hizib Bahar. Orang yang mengamalkan Hizib Bahar dengan istiqomah, akan mendapat perlindungan dari segala bala. Bahkan, bila ada orang yang bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air yang sangat luas. Si penyatron akan melakukan gerak renang layaknya orang yang akan menyelamatkan diri dari daya telan samudera. Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik rumah menegurnya. Hizib Bahar ditulis Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili di Laut Merah Laut Qulzum. Di laut yang membelah Asia dan Afrika itu Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili pernah berlayar menumpang perahu. Di tengah laut angin tidak bertiup, sehingga perahu tidak bisa berlayar selama beberapa hari. Dan, beberapa saat kemudian Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili melihat Rasulullah Saw. Beliau datang membawa kabar gembira. Lalu, menuntun Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili melafazkan doa-doa. Usai Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili membaca doa, angin bertiup dan kapal kembali berlayar.
ď¸ Direkomendasikan Untuk Anda : AMALAN WALI QUTUB HINGGA AKHIR HAYAT BELIAU | AL QUTUB AL HABIBANA ABDULLAH BIN ALWI AL HADDAD ( SHOHIBUL RATIB)Istiqomah i
Al-Quthbi Al-Kamil Khatmu Al-Auliyai Al-MaktumSecara etimologi bahasa, qutub berasal dari kata ء - ب - Ů. Artinya bintang terindah. Sedangkan secara istilah, qutub adalah manusia terbaik yang mengumpulkan seluruh keutamaan. Baik dalam sifat kemanusiaan, ibadah dan kedekatannya dengan Allah. Seorang qutub merupakan Khalifah Rasulillah SAW dalam menjaga keseimbangan masa hanya ada satu orang kutub. Ibnu Hajar menjelaskan, kata abdal telah masyhur dalam sejumlah khabar dan qutub telah ditemukan dalam beberapa atsar. Sedangkan kata ghauts tidak ditemukan sumbernya. Jalaluddin As-Suyuthi telah mengetengahkan akan adanya qutub, autad dan abdal dalam kitabnya Al-Khabarud Dallu Ala Wujudil Quthbi Wal Autadi Wan Nujabai Wal Abdalli. Keterangan ini menunjukkan adanya qutub. Berbeda dengan ghauts yang tidak ada penunjukkan. Hal ini berdasarkan pada hadits dan atsar yang ghauts secara istilah adalah persamaan dari qutub. Ghauts merupakan sosok qutub yang sempurna Al-Quthb Al-Kamil wa Al-Jami. Dari sini dapat dimengerti bahwa kemutlakan kata ghauts atas al-quthbu al-jamiâ adalah istilah yang baru muncul di antara para wali. Berbeda denga kata qutub yang telah ditemukan dalam beberapa atsar. Kekhususan Al-Quthbu Al-Kamil wa Al-Jami ini sangat banyak. Di antaranya adalah mengetahui ismu Al-aâdham dengan seluruh bentuk, huruf, lafal, jumlah, tujuan dan waktunya. Sebagian dari ismu Al-aâdham ini ada yang boleh diijazahkan kepada beberapa orang sahabatnya dan ada pula yang tidak diperbolehkan. Karena besarnya anugerah, martabat lahir atau batinnya dan inti batinnya. Sebagaimana keterangan dalam Jawahirulmaâani, Kanzi Al-Muthlasam dan beberapa risalah Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Kamil wa Al-Jami mempunyai 366 dzat sesuai jumlah hari kabisat. Seperti telah diterangkan As-Syaârani dari gurunya, Al-Khawas keterangan ini juga disampaikan oleh Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani dalam Jawahiru Al-Maâ Asakir dan Al-Khatib telah mengutip keterangan dari Ubaidillah bin Muhammad Al-abbas, bahwa Al-kannani mengatakan, âWali nuqaba berjumlah 300 orang. Wali nujaba berjumlah 70 orang. Wali abdal berjumlah 40 orang. Wali akhyar berjumlah 7 orang. Wali amal berjumlah 4 orang. Wali ghauts hanya seorang. Menurut Ibnu Khaldun, kedudukan qutub merupakan kedudukan tertinggi. Sebagian orang arif mengatakan bahwa Wali Qutub adalah seorang wali yang disinyalir dalam Hadits Ibnu Masâud, hatinya berada dalam hati Malaikat Israfil. Wali Qutub merupakan poros dan markas dari seluruh jalaluddin As-Suyuthi telah meriwayatkan dari Ibnu Asakir dan Abu Nuâaim dari Ibnu Masâud, bahwa Rasululloh SAW bersabda, âSesungguhnya Alloh juga mempunyai 40 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Nabi Musa Alloh juga mempunyai 7 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Nabi Ibrahim Alloh juga mempunyai 5 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Malaikat Jibril Alloh juga mempunyai 3 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Malaikat Mikail Allah juga mempunyai satu orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam Malaikat Israfil Jika yang seorang tersebut meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 3 orang. Jika yang 3 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 5 orang. Jika yang 5 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 7 orang. Jika yang 7 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 40 orang. Jika yang 40 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 300 orang. Jika yang 300 orang telah meninggal, maka Allah SWT akan menggantikan kedudukannnya dari orang sebab merekalah Allah menghidupkan, mematikan, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuhan dan menolak bahaya.âShahibul Muniyah telah bersyairDalam Bulan Muharam esok, akan muncul ghauts yang memberi khalifah dari al-muhaimin al-majid Allah.Istilah âKhatmu Al-Auliyaâ memang jarang dibicarakan. Istilah ini diperkenalkan pertama oleh seorang wali agung Muhammad bin Ali Al-Hakim At-Turmidzi w. 255 H. dalam kitabnya Khatmu Al-Auliyaâ Penutup Para Wali. Selanjutnya, seorang wali quthub, yaitu Syeikh Ali bin Muhammad Wafat w. 807 H. mempertegas keberadaannya. Sehingga akhirnya, istilah ini muncul ke permukaan setelah pengarang âFutuhatul Makiyyahâ, Syeikh Muhyidin Ibnu Arabi Al-Hatami mengungkapkannya secara khusus dalam sebuah kitab yang berjudul âAnqaau Maghrib Fii Khatmi Al-Auliya Wa Syamsi Al-Maghribâ Bumi Maroko Penutup Para Wali dan Mataharinya.Di antara beberapa wali yang agung pun ada yang mengklaim sebagai Khotmu Al-Auliyaâ. Antara lainSyeikh Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli, pengarang Dalailul Khairat. Syeikh Ali bin Muhammad Wafa. Beliau mengatakan bahwa ayahnya, Muhammad Wafa adalah Khatmu Al-Auliya. Namun pernyataan ini dicabut kembali. Syeikh Al-Fasyasyi. Syeikh Muhyidin Ibnu Arabi Al-Hatami. Setelah Beliau bermimpi melihat Kaâbah yang dibangun dengan batu-bata emas dan perak. Hanya saja di puncaknya antara rukun Yamani dan Syami, lebih condong ke rukun Syami terlihat kuarng dua bata. Dalam mimpinya, Beliau memperhatikan hal tersebut. Dengan kesadarannya beliau menganggap bahwa dirinyalah penutup dan penyempurna bangunan Kaâbah. Setelah melalui penakwilan, Beliau menganggap telah mencapai Khatmu L-Auliya. Maka dengan riang gembira, beliau mengalunkan syairDengan kamilah Allah menutup bermuaralahlah wilayah kepada itu, tidak ada khotam bagi orang setelah keberuntungan dengan khotam bagi umat ilmunya kecuali diriku sedang bersyair, Beliau mendengar bisikanâApa yang kau duga dan harapkan bukan milikmu. Itu adalah milik seorang wali di akhir zaman. Tidak ada wali yang lebih mulia di sisi Allah SWT melebihinya.â Akhirnya Beliau berkata, âKuserahkan urusan ini kepada yang menciptakan dan mewujudkan.âDengan pernyataannya ini, secara langsung Syeikh Muhyiddin bin Arabi Al-Hatami telah mencabut klaimnya sebagai Khatmu Al-Auliya. Dalam arti sebagai Khatmu Al-Auliya karena itulah, Beliau mengarang Kitab Anqaa-u Maghrib Fii Khatmi Al-Auliya Wa Syamsi Al-Maghrib Bumi Maroko Penutup Para Wali dan Mataharinya. Kitab ini telah dicetak dan saat itu sampai abad ke-12 hijriyah tidak terdengar kembali adanya seorang wali yang mengklaim sebagai Khatmu Futuhatul Makiyah, Syeikh Muhyiddin Ibnu Arabi Al-Hatami memberikan keterangan tentang identitas Khatmu Al-Auliya. Beliau mengatakan, âSaya telah berjumpa dengannya Khatmul Auliyail Muhammadi secara barzakhiyah pada tahun 595 H. Saya melihat tanda yang disembunyikan Alloh dari hamba-hamba-Nya. Dia berada di Fas, Maroko. Saya melihat tanda Khatmul Auliyail Muhammadi darinya. Dia akan mendapat banyak cobaan karena banyak ilmu-ilmu robbani ketuhanan yang kenyataannya, setiap wali yang pernah menyatakan dirinya Khatm Al-Auliya banyak yang mencabut kembali pernyataannya. Mereka yang telah menyatakannya pun hanya pada batas tertentu wilayat Al-khusus. Bukan secara umum dan luas a-mmah dan menutup kewalian dalam arti yang mencapai kedudukan sempurna yang terakhir. Karena Khatmat Al-Kubra kesempurnaan paripurna terbesar hanya akan muncul di akhir samping itu, maqam kedudukan Al-Khatmu adalah kedudukan yang sangat tinggi yang sulit untuk dicapai seseorang, kecuali telah sampai pada maqam kedudukan kutub. Sedangkan kutub sendiri merupakan kedudukan yang sangat tinggi. Dalam tiap zamannya, seorang wali kutub merupakan sosok yang mengumpulkan ahwal beberapa kondisi kewalian, asrar beberapa rahasia ketuhanan dan karomah beberapa kemuliaan perilaku dari auliya dan arifin pada zaman tersebut. Akan tetapi, meskipun para kutub tersebut berserikat dalam pencapaian kedudukan ini, mereka berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan kekutubannya sesuai kadar masing-masing dalam pendakiannya. Sesuai urutan derajat yang mereka cakup dan tertinggi merupakan kedudukan termulia posisinya. Yaitu yang mencapai kedudukan Al-Khatmat Al-Ajall Al-Anfus kesempurnaan jiwa tertinggi. Kedudukan inilah yang disebut dengan Al-Khatm Al-Maqom penutup seluruh kedudukan di antara orang-orang khos. Dalam Ad-Durr Al-Mandhum, pada bab Titimmatu s-sa-disah penutup keenam, tentang kedudukan khatmah penutup/pamungkas, Imam As-Syaâroni telah membicarakan kedudukan Al-Muhammadi. Bahwa kedudukan ini merupakan kedudukan yang tidak mungkin dicapai seseorang kecuali telah melewati hijab. Dan ini tidak terjadi pada tiap Ar-Risalat Al-Mubarakah, Imam Asy-Syaârani telah menerangkan ilmu-ilmu khos auliya. Bahwa beberapa ilmu tentang sifat-sifat khatim Al-auliya ada dalam tiap kurun dan akan ditutup oleh penutupnya yang terbesar khatim Al-akbar. Seperti halnya Nabi Muhammad SAW telah menutup nabi-nabi Ahmad bin Muhammad At-Tijani menerangkan tentang hakikat wilayah. Bahwa wilayah terbagi menjadi dua, yaitu Wilayah A-mmah umum dan Wilayah Khosh-shoh khusus. Wilayah a-mmah ialah wilayah sejak Nabi Adam sampai Nabi Isa Sedangkan Wilayah Khosh-shoh ialah sejak Rasulullah Saw sampai Al-Khatmu penutup. Arti dari khosh-shoh adalah wali yang berakhlak dengan akhlak Al-Hak yang berjumlah 300 akhlak secara sempurna. Sebagaimana sabdanyaSesungguhnya Alloh memiliki 300 akhlak. Siapa yang berakhlak dengan salah satunya, maka Allah memasukkannya ke dalam Ilahiyah ini hanya terkumpul sempurna dalam diri Rasululloh SAW dan wali-wali kutub sebagai pewarisnya sampai Wali Qutub Penutup. Mereka dinamakan Al-Muhammadiyyiin. Secara hukum, kedudukan wali qutub penutup/Al-Khatmu merupakan hukum waris dari Nabi SAW kepada wali-wali qutub Al-Muhammadiyyin yang telah berakhlak dengan 300 akhlak Ilahiyah. Mereka adalah orang-orang besar golongan qutub ahli wilayah batin yang khos-shoh. Karena wilayah telah terbagi menjadi wilayah dlahir dan wilayah batin. Wilayah dlahir berkecimpung dalam pengaturan pemerintahan dan perkara lahir. Wilayah dlahir akan ditutup oleh Imam Mahdi L-Muntadhar yang akan muncul di akhir batin bergerak dalam pengaturan batin. Wilayah batin ini pun terbagi dua, yaitu wilayaha-mmah umum dan khosh-shoh khusus. Wilayah a-mmah ialah wilayah sejak Nabi Adam sampai Nabi Isa Sedangkan wilayah khosh-shoh ialah wilayah sejak Rasululloh SAW sampai Al-Khatm Al-Akbar penutup qutub terbesar. Seluruh wali qutub yang telah idrak menemukan kedudukan Khatm Al-Quthbaniyah kesempurnaan qutub adalah Ahli Wilayah Batin Khosh-shoh. Tiap wali yang telah mencapai kedudukan khatmiyah kesempurnaan dinamakan wali khatam. Sehingga muncul Al-Khatm Al-Akbar yang akan menutup wilayah khosh-shoh sebagai puncaknya. Al-Khatm Al-Akbar hanya ada satu dalam satu zaman, yaitu sejak Nabi SAW. Di mana hatinya berada dalam hati Nabi Muhammad khatm Al-auliya Al-kubra sebagai al-quthb Al-maktum merupakan kedudukan qutub terakhir yang disembunyikan Alloh SWT dari seluruh makhluk. Kecuali kepada Rasululloh SAW. Sepanjang catatan, tidak ada seorang wali pun yang mengklaim dirinya sebagai al-quthb di antara keistimewaan kedudukan al-maktum adalah bahwa Al-Haq bertajalli kali dalam kejap pertamanya. Di mana dalam satu tajalli diberikan macam anugerah seperti yang diberikan kepada penduduk sorga. Kemudian dalam kejap selanjutnya diberikan kesabaran menghadapai beberapa tajalli-Nya. Demikian terus menerus tanpa ada juga merupakan sumber Faidh cucuran rahmat yang berupa Imdad pertolongan yang dilakukan oleh para qutub untuk seluruh alam semesta. Tanpa disadari karena adanya penghalang/hijab, para qutub telah mengambil perantaraannya dalam memberikan memberikan Faidh Hakikatul Muhammadiyah kepada mereka dalam hidupnya. Nisbat para qutub dengan al-maktum adalah seperti nisbat orang umum kepada qutub sendiri. Karena kedudukan al-maktum dalam kegaibannya tidak diketahui oleh seorang pun. Baik di dunia, maupun di kesempurnaan kedudukannya tidak bisa dibandingkan dengan seluruh kedudukan lainnya. Seperti kedudukan Rasulullah SAW yang mencakup seluruh kedudukan kenabian. Karena tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatul muhammadiyah kecuali Allah SWT. Demikian pula al-maktum. Dia telah menjadi penolong pada seluruh wali dalam zaman dahulu dan zaman kemudian. Hakikatnya tidak dapat diketahui siapa pun, kecuali Allah dan Rasulullah SAW.
ZIKIRAKHIR ZAMAN (BEST SELLER) di Tokopedia â Promo Pengguna Baru â Cicilan 0% â Kurir Instan. Beli ZIKIR AKHIR ZAMAN (BEST SELLER) di Sembilan Wali. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Download Tokopedia App. Tentang Tokopedia Mitra Tokopedia Mulai Berjualan Promo Tokopedia Care. Kategori. Masuk Daftar. rx 6600 parcelIlustrasi Wali Qutub. Foto Qutub atau al-Ghauts merupakan seorang tokoh yang agung dan tuan mulia. Bagi umat manusia, peran Wali Qutub adalah menjelaskan rahasia hakikat ilahiyah. Dijelaskan dalam buku Lentera Para Wali karangan Chandra Utama, istilah Wali Qutubâ bersumber dari Atsar ulama Salaf dan Ghautsâ yang merupakan julukan populer di kalangan Qutub merupakan wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali di seluruh alam semesta. Jumlahnya hanya satu di setiap masa. Hal ini dipertegas oleh perkataan Syeh Abdul Wahhad as-Syaârani Ra.âTidak ada di antara mereka ahli makrifat, dalam setiap waktu, kecuali adanya satu hamba Allah. Dialah al-Ghauts.âWali Qutub memiliki dua kedudukan yang menjadi alasan mengapa manusia perlu memahami keberadaan, kedudukan, dan keagungannya. Pertama, secara batiniah, Wali Qutub adalah inti dan pusat kehidupan makhluk di alam semesta. Kedua, mengenal pribadi dan mengetahui Wali Qutub dapat membebaskan jiwa dari kemusyrikan serta sebagai teladan dalam Wali Qutub. Foto Wali QutubTerdapat berbagai macam gelar dan sebutan yang diberikan kaum sufi dan auliyaillah kepada Wali Qutub. Kehormatan itu diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Berikut beberapa gelar bagi Wali Qutub yang dikutip dari buku Lentera Para Wali oleh Chandra Insan Kamil Manusia SempurnaGelar Insan Kamil diberikan kepada Wali Qutub karena kesempurnaan akhlaknya seperti yang dimiliki Rasulullah SAW. 2. Al-Qutbhu atau Qutbhul Wujud Poros WujudGelar ini kepada al-Ghauts Ra karena tanggung jawabnya sebagai penjaga dan pelestari alam Sulthanul Auliyaâ Raja Waliyullah dan Ruâusul ArifinGelar ini diberikan kepada al-Ghauts yang berperan sebagai penolong umat dari belenggu Al-Mujaddid Pembaharu atau ReformerGelar ini diberikan kepada al-Ghauts karena banyak diantara mereka berperan sebagai pembaharu dalam agama Islam, sekaligus sebagai tauladan dalam menjalankan Wali Qutub. Foto untuk Masuk ke dalam Golongan Wali QutubMenukil buku Amalan Para Wali Allah tulisan Shabri Shaleh Anwar, amalan yang dapat dilakukan agar masuk ke dalam golongan Wali Qutub adalah dengan membaca doa khusus sebanyak 4x setelah shalat Subuh. Berikut bacaan doa agar masuk ke dalam golongan Wali liummati sayyidina muhammadin, allahummarham ummata sayyidina muhammadin, allahumma ashlih ummata sayyidina muhammadin, allahumma farrij ummati sayyidina âYa Allah, ampunilah umatnya Nabi Muhammad SAW, Ya Allah, kasihanilah umat Nabi Muhammad SAW, Ya Allah sehatkanlah umat Sayyidina Muhammad SAW, Ya Allah bukalah kesedihan umat Sayyidina Muhammad SAW.â
lj2X16.